Potensi penularan () di Provinsi disebut pakar epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, sudah mengalahkan DKI Jakarta.
Kasus positif virus corona (Covid-19) di Jawa Timur terus melonjak tajam beberapa hari belakangan. Presiden Joko Widodo bahkan telah meminta jajarannya agar fokus melakukan penanganan corona di Jatim.
Catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, saat ini kasus kumulatif virus corona di provinsi ini telah menembus angka 4.112 pasien. Sebanyak 548 pasien di antaranya sembuh dan 337 pasien lainnya meninggal dunia.
"Ya memang [jadi episentrum], karena Rt Jatim 1,7. Itu artinya tinggi banget. DKI sekarang sudah 1,1. Indonesia secara umum 1,1. Itu jelas, kita ini di Jatim ini memang sangat tinggi kasusnya," ujar Windhu menjawab pertanyaan status Jatim sebagai episentrum baru.
Penyumbang terbesar kasus positif virus corona di Jatim, yakni adalah wilayah Surabaya Raya. Rinciannya, 2.216 kasus di Kota Surabaya, 565 kasus di Kabupaten Sidoarjo dan 153 kasus di Kabupaten Gresik.
Rincian kasus positif Covid-19 di Malang Raya sendiri yakni, 74 kasus di Kabupaten Malang, 41 kasus di Kota Malang dan 12 kasus di Kota Batu.
"Terutama yang nyumbang kan Surabaya Raya dan Malang Raya juga tinggi. Ternyata tanggal 26 Mei kemaren [Malang Raya] Rt nya 1,9. Surabaya 1,4. Tapi tidak stabil ya karena kemarin kemarin 1,8," kata Windhu.
Namun, menurutnya ada faktor lain yang menyebabkan kasus corona di Jatim melonjak signifikan jika dibandingkan dengan pertambahan kasus di provinsi lain yang cenderung stabil. Hal itu tak lain adalah kepatuhan masyarakatnya.
"Sebenarnya kalau seperti pelabuhan pintu-pintu masuk itu kan ya Jawa Barat, Jawa Tengah juga hampir sama [dengan Jatim]. Cuma memang kelihatannya tidak tahu ini, soal kepatuhannya kah?" ucap Windhu.
"Kalau soal pintu-pintu masuk banyak, ya. Saya rasa pintu masuk yang terpenting ya Bandara Juanda Surabaya, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kalau yang pelabuhan kecil saya kira nggak terlalu ini [signifikan] lah. Kemudian Pelabuhan Ketapang Banyuwangi yang jadi akses dari Bali," ujar Windhu.
Belum lagi banyak pondok pesantren di Jatim. Windhu mengatakan sebaiknya pesantren tak terlalu terburu-buru meminta santrinya untuk kembali ke pondok usai pemulangan. Ia mengatakan hal itu untuk mengantisipasi kembali terjadinya penularan di tingkat klaster atau transmisi lokal.
Apalagi kini situasi telah memasuki massa pasca Hari Raya Idulfitri 1441 H. Windhu mengatakan, ini merupakan momentum pemerintah dan aparat untuk makin mempertegas aturan setelah pada Lebaran lalu aktivitas masyarakat cenderung tinggi dan abai terhadap protokol kesehatan.
"Tapi terutama ketidaktegasan, kurang tegas. PSBB tahap tiga ini harus betul-betul tegas. Mumpung ada kesempatan bahwa sebetulnya melewati Lebaran ya, harusnya kita sudah bisa menguasai. Momentumnya bagus sebetulnya, kita bisa lebih tegas," kata Windhu.
0 comments:
Post a Comment