Aparat gabungan dari Mabes Polri, Polda Sultra, dan Polisi Militer (POM) mengamankan Ruslan Buton, eks anggota TNI, yang meminta Presiden mundur lewat video yang sempat viral.
Dia diamankan di rumahnya tanpa perlawanan di di Desa Wabula I Kecamatan Wabula Kabupaten Buton, Kamis (28/5).
Namun, Kepala Bidang Humas Polda Sultra AKBP Ferry Walintukan mengaku yang berhak memberikan keterangan soal kasus ini adalah Mabes Polri.
"Tapi kasusnya ditangani oleh Mabes. Jadi bukan kewenangan kami untuk memberi komen (komentar)," kata Ferry kepada CNNIndonesia.com.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, penangkapan tentara yang dipecat itu dipimpin oleh Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sultra Kombes La Ode Aries El Fatar bersama tim Densus 88/Antiteror Polri, didampingi oleh 2 orang Pamen POM Mabes TNI AD.
Ia mengkritisi kepemimpinan Presiden. Baginya, solusi terbaik menyelamatkan bangsa hanyalah Jokowi legawa mundur.
"Namun bila tidak mundur, bukan menjadi sebuah keniscayaan akan terjadinya gelombang gerakan revolusi rakyat dari seluruh elemen masyarakat, seluruh komponen bangsa dari berbagai suku, ras dan agama," katanya.
Ruslan Buton adalah mantan perwira menengah di Yonif RK 732/Banau dengan pangkat terakhirnya Kapten Infanteri. Ia pernah terlibat kasus pembunuhan La Gode pada 27 Oktober 2017. Saat kasus itu, ia menjabat sebagai Komandan Kompi sekaligus Komandan Pos Satgas SSK III Yonif RK 732/Banau.
Pada 6 Juni 2018, Pengadilan Militer Ambon mengeluarkan putusan hukuman penjara 1 tahun 10 bulan serta pemecatan dari Anggota TNI AD kepada Ruslan Buton. Pada akhir 2019, Ruslan Buton bebas dan telah berada di kampung halamannya dalam satu minggu terakhir.
Setelah dipecat, Ruslan membentuk kelompok mantan Prajurit TNI dari 3 matra darat, laut, dan udara yang disebut Serdadu Eks Trimatra Nusantara, dan ia mengaku sebagai Panglima Serdadu Eks Trimatra Nusantara.
0 comments:
Post a Comment