Di sela riuh ramai jalanan selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (), berembus kabar soal rencana pembukaan sekolah kembali.
Mendikbud Nadiem Makarim dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI menyebut pihaknya sudah menyiapkan sejumlah skenario terkait belajar mengajar selama pandemi.
Ia pun menepis berbagai rumor soal waktu pembukaan sekolah, karena Kemendikbud tidak mengeluarkan pernyataan apapun soal ini.
Meski demikian, pengamat pendidikan Profesor Suyanto menuturkan pembukaan sekolah jangan sampai mengorbankan keselamatan anak-anak.
"Membuka sekolah kan bagian dari dunia bisnis. Bisnis kan saat ini macet, retail macet, ya mendesak untuk (sekolah) dibuka. Masalahnya jika dilihat sangat sulit, keselamatan atau ekonomi," kata Suyanto pada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Sabtu (23/5).
Dia menjelaskan pembukaan sekolah secara tidak langsung menggerakkan roda perekonomian. Ada mobilisasi orang otomatis ada peningkatan konsumsi. Perekonomian, lanjutnya, tolok ukurnya adalah konsumsi masyarakat.
Sekolah buka artinya akan ada pergerakan orang dengan alat transportasi, kantin sekolah kembali buka, juga uang saku anak yang bakal lari ke kantong-kantong pedagang makanan di depan sekolah. Suyanto berkata anak sekolah memang menggerakkan ekonomi.
Di samping persoalan infrastruktur dan masalah korupsi di tubuh Kemendikbud, Nadiem memiliki 'pekerjaan rumah' lebih saat kembali membuka sekolah. Protokol kesehatan terkait Covid-19 seperti cuci tangan dan jaga jarak jelas harus jadi perhatian sekolah.
"Jangan dibayangkan semua sekolah ada (tempat cuci tangan yang cukup). Ini harus disiapkan," ujar Suyanto.
Suyanto menambahkan status orang tanpa gejala (OTG) pun membuat virus ini makin tak terlihat.
"Saran saya untuk kementerian, kalau sekolah mau dibuka harus dipastikan anak-anak kita aman. Tapi kalau bukanya dengan alasan supaya ekonominya bergerak, harus dipikir ulang tentang social benefit dan social cost-nya," katanya.
0 comments:
Post a Comment